Monday, February 25, 2013

Soekarno dan Marilyn monroe


Presiden Ir.Soekarno dan wanita adalah dua hal yang sulit dipisahkan.
Presiden pertama RI itu, yang hari lahirnya, 6 Juni, diperingati Senin ini, selalu dikaitkan dengan wanita. Dibanding presiden-presiden lain yang kemudian memerintah negeri ini, Soekarno memang paling banyak menikahi wanita. Totalnya 9 wanita, mulai dari Oetari hingga Heldy Djafar. Nama-nama lain meliputi Hartini, Inggit Ganarsih, Fatmawati, Yurike Sanger, hingga Dewi Soekarno.
Soal kegemarannya pada wanita, Soekarno suatu kali berkata, “Orang mengatakan Soekarno suka melihat perempuan cantik dengan sudut matanya. Itu tidak benar! Soekarno suka memandangi perempuan dengan seluruh bola matanya!”
Nah, salah satu perempuan yang suka dipandangi "Putra Sang Fajar" dengan seluruh bola matanya adalah seorang bintang Hollywood, tak lain tak bukan Marilyn Monroe, sosok legendaris yang terkenal karena keseksian dan kecantikannya.
Selama Mei 1956, Soekarno melakukan kunjungan ke Amerika Serikat. Dia bepergian di negeri Paman Sam dari New York, Utah, sampai Hollywood. Kedatangannya di setiap tempat mendapat liputan luas dari media setempat, sebuah hal luar biasa bagi pemimpin dari sebuah negara dunia ketiga. Tak terkecuali saat mengunjungi pusat perfilman dunia, Hollywood di California.
Di Hollywood, Bung Karno bertemu Marilyn, salah satu bintang film idolanya.
Menurut penuturan Iwan Satyanegara Kamah di Koran Tempo, edisi Minggu, 3 Juni 2001, petemuan Soekarno dan Marilyn tak mungkin terjadi tanpa jasa Joshua Logan, sutradara film Bus stop. Saat itu Marilyn tengah sibuk syuting film tersebut bareng Logan.
Bos Motion Picture Producers Association kala itu, Eric Johnston mengadakan pesta di Beverly Hills Hotel, Hollywood untuk menyambut kunjungan Bung Karno. Sebetulnya, Marilyn tak diundang ke pesta itu. Namun, usai syuting Bus Stop hari itu, Logan mengajak Marilyn. “Saya ingin kau datang menemui sahabat saya nanti malam,” kata Logan pada Marilyn. Karena yang meminta sutradaranya, Marilyn manut. Padahal esok harinya dia akan berulang tahun ke 30 dan malam itu mesti terbang ke New York untuk sebuah acara.
Marilyn akhirnya datang ke pesta Soekarno mengenakan gaun hitam.Kehadirannya menjadikan suasana pesta lebih semarak. Apalagi, di pesta itu juga sudah hadir beberapa bintang Hollywood lain seperti Gregory Peck, George Murphy, dan Ronald Reagan yang kelak jadi presiden AS.
Soekarno yang mengetahui kedatangan Marilyn segera datang menghampiri aktris berambut pirang itu. Kedua sosok legendaris itu kemudian bertemu dan saling sapa. Mereka mengobrol  dalam suasana penuh keakraban selama 45 menit. Layaknya dua sahabat yang lama tak bersua.
Marilyn mengungkapkan penyesalannya bahwa ia tak diundang. Soekarno, sementara itu, tak peduli apa Marilyn sebetulnya diundang atau tidak. Baginya, yang terpenting, sosok bintang film idolanya itu ada di depan matanya. “Tujuan saya datang ke Amerika, antara lain untuk bertemu dengan dia (Marilyn),” aku Soekarno kemudian hari.
Soekarno yang hobi nonton film—sampai-sampai ia punya bioskop khusus di istana—mengagumi Marilyn. Kepada sang pujaan, Soekarno tak kurang melontarkan pujiannya. “Anda seorang yang sangat penting dan sangat terkenal sekali di Indonesia,” kata Soekarno pada Marilyn.
Namun, Marilyn tak terlalu kenal Soekarno. Dikiranya, Soekarno seorang bangsawan, pemimpin sebuah negeri dengan sistem kerajaan. Maka, alih-alih memanggilnya Mr. President (Tuan Presiden), Soekarno dipanggil “Prince” oleh Mailyn jadi “Pangeran” Soekarno! (Ah, atau pesona Soekarno saat itu malah membuatnya lebih pas dipanggil “Pangeran” ketimbang “Tuan Presiden”?)
Sebelum meninggalkan pesta, Marilyn berpose cukup lama dengan Soekarno di depan kamera. Bahkan bintang The Seven Year Itch yang menjadi model sampul edisi pertama majalah Playboy itu menyempatkan diri membubuhkan tanda tangan pada sejumlah rombongan asal Indonesia. Setelah pesta usai, Marilyn berpamitan dengan Bung Karno dan pergi.
***
Pertemuan antara Soekarno dan Marilyn Monroe kemudian meninggalkan kisah menarik yang berkembang jauh. Misalnya, catat Iwan Satyanegara Kamah, dalam buku Goddess:  The Secret Life of Marilyn Monroe, yang ditulis Anthony Summers. Di buku itu ada bagian yang mengisahkan tentang affair antara Soekarno dan Marilyn, yang sulit dikonfirmasikan maupun kebenarannya patut diragukan.
Misalnya saja, dari penuturan Joshua Logan, sutradara Bus Stop yang mengajak Marilyn ke pesta itu, “Saya pikir mereka berdua (Marilyn dan Bung Karno) melakukan pertemuan lanjutan setelah pesta itu,” kata Logan.
Sampai di mana kebenaran pengakuan Logan ini sulit dilacak. Yang jelas, jadwal Soekarno di AS sangat padat. Setelah dari AS, dia melanjutkan kunjungan ke Kanada dan sejumlah negara Eropa.
Tapi bumbu cerita Soekarno dan Marilyn di buku Summers  tak selesai hanya dengan kisah pertemuan di pesta Hollywood itu. Setelah perjuampan itu, Marilyn dikisahkan menelepon Soekarno secara pribadi. Bahkan, tulis Summers, Marilyn sangat mengkhawatirkan Bung Karno yang kerap digoyang lawan politiknya dengan menawarkan sebuah rumah di AS!
Benarkah semua itu? Atau hanya gosip Hollywood belaka? Entahlah. Yang jelas, Marilyn di kemudian hari juga digosipkan terlibat skandal cinta dengan Presiden John F. Kennedy. Saat Soekarno bertemu Marilyn, Kennedy hanyalah senator dari negara bagian Massachussetts. Jadi, kalau memang skandal Soekarno dengan Marilyn betul kejadian, Soekarno lebih dulu kencan dengan Marilyn ketimbang Kennedy.
Sejarah mencatat Soekarno kemudian akrab pula dengan Kennedy. Di buku otobiografinyaBung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, yang ditulis Cindy Adams, satu-satunya otobiografi Soekarno yang pernah ditulis, dia mengatakan begitu sedih ketika mendengar Kennedy dibunuh dengan tragis.
Tapi, Soekarno tak berkomentar tentang kematian Marilyn Monroe akibat menenggak obat tidur terlalu banyak pada 5 Agustus 1962. Sudah lupakah Bung karno pada pesona Marilyn di penghujung Mei 1956 itu? Atau, gosip skandal yang dihembuskan itu memang tak pernah ada?




No comments:

Post a Comment